Kata aksara berasal dari bahasa Sansekerta dan berarti huruf. Bahasa Batak tidak mengenal istilah “aksara”. Yang dipakai ialah istilah surat. Dalam bahasa Batak “surat” tidak berarti ‘surat’ dalam bahasa Indonesia melainkan istilah surat dalam bahasa Batak berarti ‘aksara’ atau ‘huruf’. Istilah yang sama (surat atau sulat) juga digunakan dalam bahasa Kerinci, Lampung, Rejang, dan malahan dalam bahasa Tagbanua, Tagalog, dan Mangyan di Filipina.
Surat Batak terdiri dari 19 ina ni surat dan 5 anak ni surat. Abjadnya mempunyai beberapa urutan, salah satunya dipakai dalam gambar sebelah kiri. Urutan lain adalah:
a ha ma na ra ta sa pa la ga ja da nga ba wa ya nya i u
Di samping itu masih ada beberapa versi urutan abjad yang lain.
Sebagaimana halnya dengan semua aksara keturunan India maka Surat Batak juga terdiri dari aksara yang selalu berakhir dengan vokal a, dan tanda diakritis yang dalam bahasa Batak disebut anak ni surat. Jumlah anak ni surat bervariasi dan di Toba berjumlah enam. Keenam anak ni surat digunakan untuk mengubah ina ni surat dengan
- menggantikan nilai /a/ yang melekat pada setiap aksara dengan vokal /ə/ (e-pepet ini hanya terdapat di Karo & Pakpak), /e/, /i/, /o/, atau /u/.
- dengan menambahkan bunyi sengau /ŋ/ (ng) pada sebuah aksara.
- dengan menambahkan bunyi desir /h/ pada sebuah aksara (khususnya Karo, Pakpak & Simalungun).
- dengan menghapus bunyi /a/ pada aksara induk.
Kedelapan anak ni surat masing-masing memiliki nama tersendiri dan kadang-kadang terdapat lebih dari satu nama tergantung pada daerah atau tradisi masing-masing.