oleh Dr. Uli Kozok, University of Hawaii at Manoa
01 Desember 2022
Kini sebagian besar artikel ilmiah yang dihasilkan oleh para akademikus Indonesia diterbitkan oleh penerbit pemangsa yang hanya mementingkan keuntungan mereka dan tidak peduli dengan mutu ilmiah. Penerbit pemangsa tidak hanya merusak reputasi universitas dan menurunkan reputasi akademis seorang peneliti, tetapi juga memboroskan waktu, uang, dan sumber daya, serta merusak integritas, mutu karya ilmiah, dan keandalan karya ilmiah yang diterbitkan.
Salah satu contoh adalah penerbit Budapest International Research and Critics University (BIRCU) serta Britain International for Academic Research (BIAR) yang menerbitkan 12 jurnal ilmiah. Kendati nama yang berbahasa asing (yang berantakan), kedua penerbit tidak ada sangkut paut dengan ibu kota Hongaria Budapest atau dengan Inggris.
Jurnal BIRCU yang paling populer adalah Budapest International Research and Critics Institute-Journal (BIRCI) yang terbit 4 kali setahun dan Vol. 5 (3) Agustus 2022 memuat 1007 artikel yang hampir semua dihasilkan oleh dosen atau mahasiswa perguruan tinggi Indonesia.
BIRCU dan BIAR ternyata bukan penerbit luar negeri, tetapi dikelola oleh Muhammad Ridwan di Bandar Klippa, sebuah desa dekat Medan, Sumatera Utara.
Sebuah jurnal internasional, mestinya memenuhi empat kriteria: 1. Penggunaan bahasa internasional, 2. memiliki dewan penyunting (editorial board) dengan anggota dewan dari berbagai negara, 3. mengandung artikel yang ditulis oleh akademikus mancanegara, 4. berwawasan internasional dari segi kandungan artikel, dan 5. jurnal dimuat di dalam citation index seperti Scopus atau Web of Science.
Karena kebanyakan artikel berwawasan nasional (Indonesia) maka BIRCI tidak layak disebut jurnal internasional. BIRCI ternyata juga menggunakan dengan faktor dampak abal-abal dari perusahaan CiteFactor. Mengapa BIRCI terakreditasi oleh Kemdikbud tidak jelas – mungkin karena memiliki h-Index Google Scholar yang tinggi (45). Namun, h-Index hanya menunjukkan bahwa jurnalnya populer. Mutu tidak dapat diukur dengan h-Index.
Di situ perlu kita bertanya dari mana popularitasnya? Sebagai contoh kita ambil sebuah artikel yang dimuat di BIRCI Journal 5 (2), 2022 dengan judul yang serba rancu Nommensen and Bataknese (The Representation of Apostle). Artikel ini tidak menambahkan pengetahuan kita mengenai budaya atau sejarah suku Batak, dan ditulis dengan bahasa Inggris yang hampir tidak dapat dimengerti.
Walau baru terbit enam bulan yang lalu, Nommensen and Bataknese sudah disitir (dikutip) 328 kali. Hebat benar untuk artikel bermutu rendah.
Ternyata, ke-328 artikel yang menyitir artikel Nommensen and Bataknese diunggah di researchgate.net dan berasal dari sumber yang sama yaitu jurnal Vocational Student’s Perspective in Literacy Reading (VOSTUVE). Masalahnya, VOSTUVE adalah jurnal antah-berantah yang hanya diciptakan dengan tujuan untuk mendongkrak h-value BIRCI di Google Scholar.
Ke-328 artikel VOSTUVE malah tidak ada hubungan apa pun dengan Nommensen atau suku Batak tetapi semuanya menyitir artikel Nommensen and Bataknese semata-mata untuk mendongkrak h-Index BIRCI secara artifisial.
Tidak semua artikel bermutu rendah, namun banyak artikel jurnal BIRCI memang tak layak terbit. Kami malah mendapatkan kesan bahwa sebagian artikel dipublikasikan tanpa melalui prosedur yang layak seperti dibaca dan diperiksa oleh seorang mitra bestari. Padahal selain publication fee antara US $40 dan $140, BIRCI juga mengutip $85 untuk fast-track review.
Simak misalnya judul artikel ini: “Communication Strategy Fashion Luxury Brand in Increase Brand Experience with among Millennials in the Time of the COVID-19 Pandemic: A Systematic Literature Review”. Penutur asli bahasa Inggris takkan mengerti judul tersebut.
Kongkalikong dengan Peneliti Asing
Walaupun pada hakikatnya bukan jurnal internasional, BIRCI memiliki cabang di enam negara: India, Irak, Kongo, Rumenia, Swiss, dan Usbekistan. Setiap cabang dikepalai oleh seorang branch manager.
Di antara mereka, yang memainkan peranan terpenting adalah ketua cabang Swiss, Prof. Dr. mult. habil. Mirosław Matyja. Menurut keterangannya beliau menjadi profesor di Amerika Serikat, India, Inggris, dan Italia.
Pada hampir semua laman ke-16 jurnal BIRCU/BIAR yang dikelola Muhammad Ridwan, pria kelahiran Polandia pada tahun 1961 disambut dengan hangat. Ada video beserta grafik dengan ucapan selamat atas penghargaan yang diraihnya, dan ada pula pranala ke situs pribadinya miroslawmatyja.com. Pokoknya Mirosław Matyja ada di mana-mana di dunia jurnal kelolaan Muhammad Ridwan.
Dr. Matyja menjadi Editor pada hampir semua jurnal BIRCU/BIAR, dan ia juga menjadi Editor in Chief Polit Journal di bawah payung BIAR.
Dr. Matyja juga mengelola Mirosław Matyja Academia for Democracy (mmafd.or.id).Alamat akademinya sama dengan alamat BIRCU Publisher yang dikelola Muhammad Ridwan di Bandar Klippa, Kab. Deli Serdang. Untuk mendanai akademinya, Dr. Matyja meminta sumbangan dalam bentuk uang. Sebagai penerima sumbangan tertera – siapa lain? – Muhammad Ridwan!
Muhammad Ridwan dan Mirosław Matya juga pernah menerbitkan buku bersama dengan judul “Global Democracy and Education”. Tentu saja buku tersebut diterbitkan oleh BIRCU.
Di sebuah video (youtu.be/Bombap8PqZU), Dr. Matyja mengutarakan bahwa Academia for Democracy-nya bertujuan untuk mencari universitas dan jurnal terbaik bagi mahasiswa. Karena itu, ia menjalin “kerja sama erat dengan jurnal BIRCU” yang menurutnya “kompeten” dan “terkenal secara internasional di bidang sains”. Di video lain ia malah menyapa Muhammad Ridwan dengan gelar “profesor” pada hal M. Ridwan bukan profesor dan tamat S3 pun tidak.
Selain Dr. Matyja, ada pula Dr. Hiroko Oe, seorang peneliti asal Jepang yang mengajar di Faculty of Management, Bournemouth University. Beliau terlibat dalam berbagai kegiatan BIRCU dan ia juga menjadi Editor in Chief jurnal Economit Journal – salah satu jurnal yang dimiliki penerbit Britain International for Academic Research (BIAR) di bawah naungan BIRCU.
Selain daripada mereka yang dengan sadar berkongkalikong dengan BIRCU ada pula beberapa profesor asing yang tanpa seizin dan tanpa sepengetahuan mereka diangkat sebagai Editor!
Keberadaan peneliti luar negeri, terutama dari negara maju, merupakan aset yang sangat berharga bagi jurnal seperti BIRCI karena turut meyakinkan para akademisi Indonesia seolah-olah jurnalnya merupakan jurnal internasional hingga mereka terjerat oleh penerbit abal-abal seperti BIRCU dan BIAR.